twitter


MENUNTUT ILMU UNTUK MERAIH MATERI DAN IJAZAH
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz pernah ditanya : Dilema yang berkembang di kalangan para pelajar (mahasiswa) terutama di fakultas-fakultas dan lembaga-lembaga pengajaran, ungkapan bahwa “ilmu telah sirna
bersama para ahlinya. Tidak ada seorang pun yang belajar di lembaga-lembaga pengajaran kecuali untuk memperoleh ijazah dan materi.” Bagaimana menyangkal mereka dan apa hukumnya bila terpadu antara tujuan materil dan ijazah dengan niat menuntut ilmu untuk kemanfaatan diri dan masyarakatnya?
Jawaban
Pernyataan ini tidak benar, ungkapan-ungkapan seperti ini tidak pantas diungkapkan, siapa yang mengatakan ‘binasalah manusia’, sebenarnya dia sendiri yang paling binasa.
Seharusnya yang diungkapkan adalah berupa sugesti dan dorongan untuk menuntut ilmu, konsentrasi dengan ilmu, kecuali yang memang benar-benar diketahui demikian adanya.
Diriwayatkan, bahwa ketika ajal hampir menjemput Mu’adz, ia berwasiat kepada orang-orang yang di sekitarnya untuk menuntut ilmu, ia mengatakan, “Sesungguhnya kedudukan ilmu dan iman adalah bagi yang menghendaki dan mengusahakannya.” Maksudnya, bahwa kedudukan ilmu dan iman adalah di dalam Kitabullah yang agung dan Sunnah RasulNya yang terpercaya. Karena sesungguhnya seorang alim itu akan mati bersama ilmunya, jadi ilmu itu dicabut dengan matinya para ulama. Namun alhamdulillah, masih ada golongan yang ditolong dalam mempertahankan kebenaran.
Karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan sekali pencabutan begitu saja dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mematikan para ulama, sehingga tatkala tidak ada lagi orang alim, manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya (tentang ilmu) kemudian merekapun memberi fatwa tanpa berdasarkan ilmu, sehingga (akibatnya) mereka sesat dan menyesatkan.”[1]
Inilah yang ditakutkan, yaitu ditakutkan akan tampilnya orang-orang bodoh yang memberi fatwa dan pelajaran sehingga mereka sesat dan menyesatkan. Inilah yang dimaksud dari ungkapan “ilmu telah sirna dan yang ada hanya ini dan itu.” Dikhawatirkan hal ini akan meredupkan ambisi sebagian orang, walaupun sebenarnya orang yang teguh dan berakal tidak akan tergoyahkan dengan itu, bahkan akan memotivasinya untuk lebih giat menuntut ilmu hingga bisa menutupi kelangkaan/kelowongan.
Orang faham yang ikhlas, yang berpandangan jernih, tidak akan terpengaruh dengan ungkapan seperti tadi, bahkan sebalik-nya ia akan maju dan bersemangat, bergegas dan belajar karena kebutuhannya terhadap ilmu dan untuk mengisi kelowongan, yaitu yang diklaim oleh mereka yang mengatakan bahwa ‘tidak ada lagi orang alim. Padahal, walaupun ilmu telah berkurang karena meninggalkan sebagian besar para ahlinya, namun alhamdulillah, masih tetap ada golongan yang dibela dalam mempertahankan kebenaran, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
,
“Artinya : Akan tetap ada golongan dari umatku yang mempertahankan kebenaran, mereka tidak akan dicelakakan oleh orang-orang yang menghinakannya hingga datangnya ketetapan Allah.”[2]
Maka hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, mendorong dan memotivasi untuk menutupi kelowongan tersebut serta melaksanakan kewajiban di medan kita dan yang lainnya, sebagai manifestasi dalil-dalil syari’at yang menganjurkan hal tersebut, dan untuk memberikan manfaat bagi kaum muslimin dan mengajari mereka. Di samping itu, hendaknya kita memotivasi untuk melaksanakan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan dalam menuntut ilmu.
Barangsiapa yang mengharapkan ijazah untuk mengokohkannya dalam menyampaikan ilmu dan mengajak kepada kebaikan, maka itu baik, bahkan sekali pun sambil mengharapkan materi dalam hal ini. Jadi, tidak apa-apa belajar dan memperoleh ijazah, yang dengan itu ia bisa menyebarkan ilmu dan dengan itu pula ilmunya bisa diterima. Bahkan boleh juga menerima materi yang dapat membantunya dalam kegiatan penyampaikan ilmu ini, karena, jika bukan karena Allah ta’ala kemudian materi, tentu banyak orang yang tidak dapat belajar dan menyampaikan dakwah. Materi bisa membantu seorang muslim untuk menuntut ilmu, memenuhi kebutuhannya dan menyampaikan ilmu kepada orang lain. Adalah Umar Radiyallahu ‘anhu, ketika ditugasi dengan berbagai pekerjaan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya materi (upah), tapi lalu Umar mengatakan, “Berikan saja kepada orang yang lebih membutuhkan daripada aku.” maka Nabi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Artinya : Ambillah lalu kembangkanlah atau sedekahkanlah. Apa pun yang datang kepadamu dari harta ini sementara engkau tidak mengharapkan dan tidak memintanya, maka ambillah. Adapun yang tidak demikian, maka jangan engkau sertakan dirimu di dalamnya.”[3]
Nabi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kepada orang-orang yang dibujuk hatinya untuk memotivasi mereka sehingga mereka masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Seandainya itu terlarang, tentu beliau tidak akan memberi mereka. Namun kenyataannya, beliau memberikan itu, baik sebelum maupun setelah penaklukkan kota Makkah.
Pada hari penaklukkan Makkah, ada orang yang diberi seratus ekor unta oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada juga yang diberi banyak harta sehingga tidak takut jatuh miskin. Ini semua untuk menyukakan mereka terhadap Islam dan untuk mengajak mereka ke dalam Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun telah menetapkan bagian dari zakat untuk orang-orang yang dibujuk hatinya, juga menetapkan bagian bagi mereka dari baitul mal, juga untuk selain mereka, yaitu; para pengajar, para qadli dan kaum muslimin lainnya. Wallahu waliyut taufiq.
[Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyyah, edisi 67, hal. 157-160, Syaikh Ibnu Baz]

0 komentar:

Posting Komentar

MENUNTUT ILMU

الحمدلله الذى ارسل رسوله بالهدى ودين الحق، بشيرا ونذيرا ورحمة لسائر العالم، اشهد ان لأ اله الا الله وحده لاشريك له الملك العلام، واشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله سيد الأنام، اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله واصحابه صلاة وسلاما دآئمين متلازمين على ممر الدهور والأيام. اما بعد

Hadirin dan hadirat yang Insya Allah dirahmati Allah !

Pertama dan yang paling utama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga kita bisa bertatap muka di tempat yang cukup sederhana ini. Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh manusia Yaitu: Nimat Kesehatan dan kesempatan, …………..

Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membebaskan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang, dari zaman Siti Khodijah menuju Zaman Siti Nur Kholijah, dari zaman Ibu Fatimah menuju zaman Ibu Kita Kartini, berkat jasa beliau Islam tersebar di penjuru dunia. Berkat Jasa beliau pula kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Hadirin dan hadirat yang Insya Allah dirahmati Allah !


Selanjutnya, tidak lupa saya sampaikan banyak terima kasih kepada Moderator dan tim juri yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan beberapa patah kata. Baiklah pada kesempatan ini saya akan ceramah dengan Judul:

“ MENUNTUT ILMU”

Hadirin dan hadirat yang Insya Allah dirahmati Allah !

Ketahuilah saudara-saudara sekalian, bahwa mencari ilmu itu hukumnya adalah wajib bagi kaum muslimin dan muslimat. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW di dalam haditsnya:

“Mencari ilmu itu wajib bagi orang Islam laki-laki dan perempuan.”

Kenapa Rasulullah SAW. Mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu ? Karena ilmu sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dengan ilmu, kita bisa menundukkan seluruh makhluk Allah di dunia ini. Kita bisa menguasai gunung, bintang, bulan, langit, tumbuh-tumbuhan dan binatang buas sekalipun. Dengan ilmu pula kita bisa memimpin dunia, memimpin seluruh makhluk hidup. Dan dengan ilmu kita bisa menjadi makhluk yang terbaik di antara makhluk Allah SWT. Tetapi jika tidak berilmu, kita akan menjadi bodoh, tidak tahu apa-apa di dunia ini dan pada akhirnya kita menjadi makhluk yang paling jelek dan paling rendah.

Saudara sekalian Seakidah !!!

Sebagaimana saya sebutkan di awal, bahwa ilmu pengetahuan sangat penting dalam hidup ini, karena dengan ilmu pengetahuan kita akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat. Oleh karena itu, barang siapa yang menghendaki bahagia di dunia, maka harus menguasai ilmu dunia, begitu juga barang siapa yang menghendaki bahagia di akherat, jaga harus dengan ilmu. Sebagaimana sabda Nabi Muhmmad SAW bersabda:

Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki dunia maka hendaklah ia berilmu, dan barang siapa yang menghendaki akhirat maka hendaklah ia berilmu dan barang siapa yang menghendaki keduanya, hendaklah ia berilmu.” (Al Hadits).

Dari keterangan hadits ini kita bisa menyimpulkan, betapa pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia. Karena itulah manusia akan tingi derajatnya di sisi Allah, dan Allah akan mengagkat derajat orang-orang yang berilmu ke beberapa tingkat (derajat). Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al Mujadalah ayat : 11:


“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadalah: 11)

Karena ilmu pula yang membedakan manusia dengan hewan. Begitu pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia, Allah mengisyaratkan dalam Al Qur’an bahwa pada wahyu pertama, kata yang pertama dipakai adalah kata IQRA’, yang artinya bacalah. Membaca adalah cara untuk mendapatkan ilmu, tanpa mau membaca seseorang sangat sulit mendapatkan ilmu.


Sebagai manusia, kita memiliki akal atu intelegensi. Dengan akal inilah kita dapat mencari ilmu pengetahuan, yang mana akan menjadikan kita berbeda dengan binatang. Makhlukflora dan Fauna tidak mampu mencari ilmu, karena mereka tidak berakal. Itulah sebabnya manusia lebih unggul ketimbang makluk lainya. Misalnya, manusia dapat menaklukkan semua makhluk di dunia ini seperti gunung-gunung yang besar, pohon-pohon raksasa, hewan-hewan buas dan lain-lain.


Dapat kita bayangkan, jikalau kita tidak memiliki ilmu, maka kita akan sama derajatnya dengan makhluk lain, atau bahkan mungkin lebih hina. Menuntut ilmu tidak ada batasannya, meskipun sudah tamat MI, MTs, MA atau sampai Sarjana. Kita wajib menuntut ilmu dari buaian sampai keliang lahat. Sebagaimana sabda Nabi:

“Carilah ilmu sejak dari buaian sampai keliang lahat.”

Dan sabda beliau :

Artinya: “Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina.”

Islam memerintahkan kita untuk mencari ilmu, selama nyawa masih dikandung badan. Tidak ada alasan untuk tidak mencari ilmu, karena dengan ilmu manusia akan bahagia baik di dunia maupun di akherat, hanyalah orang-orang yang tidak waraslah yang tidak mau menuntut ilmu.

Hadirin dan hadirat yang Insya Allah dirahmati Allah !

Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan, jika ada kata-kata yang salah saya minta maaf dan kepada Allah Swt. Saya mohon ampun. Wabillahit taufiq walhidayah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.